Soalan:

Assalamualaikum Dato’ Seri. Apakah ciri-ciri orang yang beriman cinta kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW?

Jawapan:

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada Junjungan Besar Nabi Muhammad SAW, isteri dan ahli keluarga Baginda, para sahabat Baginda serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah Baginda sehingga Hari Kiamat.

Firman Allah SWT:

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Maksudnya: “Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika benar kamu mengasihi Allah maka ikutilah daku, nescaya Allah mengasihi kamu serta mengampunkan dosa-dosa kamu. Dan (ingatlah), Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

(Surah Ali-Imran: 31)

Menjawab persoalan di atas, al-Imam Ibn Rajab al-Hanbali Rahimahullah berkata: “Seorang insan itu tidak menjadi mukmin yang sempurna imannya sehingga menjadikan kecintaannya mengikut apa yang telah dibawakan oleh Nabi SAW dari segi arahan dan juga larangan. Mereka menyukai apa yang telah diarahkan dan membenci apa yang dilarang.” (Lihat al-Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, 3/1148)

Al-Quran telah banyak menyebutkannya, antaranya:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Maksudnya: “Maka demi Tuhanmu (wahai Muhammad)! Mereka tidak disifatkan beriman sehingga mereka menjadikan engkau hakim dalam mana-mana perselisihan yang timbul di antara mereka, kemudian mereka pula tidak merasa di hati mereka sesuatu keberatan dari apa yang telah engkau hukumkan, dan mereka menerima keputusan itu dengan sepenuhnya.”

(Surah Al-Nisaa’: 65)

Firman Allah SWT lagi:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنِ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُّبِينًا

Maksudnya: “Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan – apabila Allah dan Rasul-Nya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. Dan sesiapa yang tidak taat kepada hukum Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata.”

(Surah Al-Ahzaab: 36)

Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

Maksudnya: “Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga aku dicintai lebih daripada bapa-bapanya, anak-anaknya dan seluruh manusia.”

Riwayat Al-Bukhari (15) dan Muslim (44)

Barang siapa yang mencintai Allah dan Rasul-Nya dengan sebenar- benar kecintaan di dalam jantung hatinya, maka wajib ke atasnya untuk mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Bencinya juga adalah pada perkara yang dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya dan meredai apa yang telah Allah dan Rasul-Nya reda. Sekiranya amal perbuatannya menyalahi sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah serta Rasul-Nya, maka itu adalah tanda kurangnya kecintaan dan wajiblah bertaubat dan kembali melengkapkan kecintaannya semula. (Lihat al-Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, 3/1150).

Begitulah hawa nafsu yang sepatutnya mengikuti ajaran Nabi SAW yang mana adalah manifestasi cinta terhadap Allah dan juga Rasul-Nya. Kata penyair:

لو كان حُبُّك صادِقاً لأطعته … إِنَّ الحِبَّ لَن يُحِبُّ مُطيع

Maksudnya: “Sekiranya kecintaanmu itu benar nescaya akan kamu taat kepadanya…Sesungguhnya orang yang mencintai, untuk siapa yang dicintainya itu akan taat (kepadanya).”

Al-Imam al-Baihaqi Rahimahullah di dalam Syu’ab al-Iman (1/386) menisbahkan syair ini kepada Abu al-‘Atahiyah.

(Lihat Syarah Hadis 40, hlm. 430-431)

Kami akhiri dengan doa:

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ ، مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الجَنَّةَ وَمَا قرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَولٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَنَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لَنَا خَيْرًا

Maksudnya: “Ya Allah, kami memohon kepada-Mu semua kebaikan yang disegerakan mahupun yang ditunda, serta apa yang kami ketahui mahupun tidak kami ketahui. Kami berlindung kepada-Mu daripada semua keburukan, baik yang disegerakan mahupun yang ditunda, serta yang kami ketahui mahupun yang tidak kami ketahui. Ya Allah, sungguh kami memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang diminta oleh hamba dan Nabi-Mu Muhammad SAW kepada-Mu dan kami berlindung kepada-Mu dari apa yang diminta perlindungan oleh hamba dan nabi-Mu. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu syurga dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan mahupun perbuatan. Dan kami berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan atau perbuatan. Dan kami memohon kepada-Mu semua takdir yang Engkau tentukan baik untuk kami.”

Bertarikh: 27 Oktober 2023 bersamaan 12 Rabiulakhir 1445 H

Leave a Reply