Soalan:
Assalamualaikum w.b.t Dato’ Seri. Apakah yang dimaksudkan dengan sunnatullah dalam dakwah?
Jawapan:
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada Junjungan Besar Nabi Muhammad SAW, isteri dan ahli keluarga Baginda, para sahabat Baginda serta orang-orang yang mengikuti jejak langkah Baginda sehingga Hari Kiamat.
Firman Allah SWT:
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَـٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ
Maksudnya: “Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik.”
(Surah al-Nahl: 125)
Al-Maraghi berkata, yakni, gunakanlah pendekatan yang terbaik dalam dakwah dan berdebat, iaitu berdakwah dengan cara yang terbaik. Itulah kewajipanmu manakala pemberian petunjuk dan penyesatan serta pembalasan terhadap kedua-duanya diserahkan kepada Allah SWT semata-mata. Dia lebih mengetahui keadaan orang yang tidak mahu meninggalkan kesesatan kerana ikhtiarnya yang buruk dan keadaan orang yang mengikut petunjuk kerana dia mempunyai persiapan yang baik. (Lihat Tafsir al-Maraghi, 7/3868)
Di antara sunnatullah dalam dakwah ialah sunnah ibtila’ dan sunnah tamkin.
- Sunnah Ibtila’
Sunnah Ibtila’ merujuk kepada ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada umat-Nya, khususnya kepada para Nabi dan pengikut mereka. Ini adalah sebahagian dari perjalanan dakwah dan merupakan cara untuk menguatkan iman dan ketabahan mereka. Misalnya Nabi Musa yang harus berhadapan dengan penguasa tirani Fir’aun, dan dengan bangsa Israel yang juga keras kepala. Begitu juga, Nabi Ibrahim yang ditentang oleh ayahnya sendiri, Azar, sehingga dicampakkan ke dalam api oleh Raja Namrud. Bahkan, Nabi Muhammad s.a.w, ujian besar yang diterima oleh baginda sejak awal-awal lagi sudah disebut oleh Waraqah bin Naufal ketika ditanya oleh baginda seusai mendengar khabar turunnya wahyu pertama. Waraqah berkata: “Tidak ada seorang pun yang pernah membawa ajaran seperti yang engkau bawa melainkan akan dimusuhi.” Ini menunjukkan betapa beratnya ujian yang mereka hadapi dalam menyampaikan dakwah. (Lihat Manhaj Dakwah Rasulullah, hlm. 30-34).
Bukan sahaja ujian dan cubaan terhadap para pendakwah dan para Nabi khususnya, bahkan pada umat Islam umumnya perlu memahami hakikat dunia sebenar dunia ini berbanding dengan hakikat akhirat yang kekal. Dengan mempunyai makrifat yang benar tentang hakikat dunia yang tidak kekal, nescaya dapatlah terhindar daripada mengalami kesedihan dan penyesalan.
Terdapat empat sifat dunia yang dinyatakan dalam al-Quran:
- Dunia begitu mudah lenyap
Firman Allah SWT:
وَاضْرِبْ لَهُمْ مَّثَلَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا كَمَاۤءٍ اَنْزَلْنٰهُ مِنَ السَّمَاۤءِ فَاخْتَلَطَ بِهٖ نَبَاتُ الْاَرْضِ فَاَصْبَحَ هَشِيْمًا تَذْرُوْهُ الرِّيٰحُ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ مُّقْتَدِرًا
Maksudnya: Dan buatkanlah untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini, ibarat air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi, kemudian (tumbuh-tumbuhan) itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
(Surah al-Kahfi: 45)
Menurut Ibn Kathir, Allah SWT berfirman: Wahai Muhammad, buatkanlah perumpamaan bagi manusia tentang kehidupan dunia yang sementara, fana, dan akan berakhir, seperti air yang Kami turunkan dari langit lalu tumbuhlah dengan subur tumbuh-tumbuhan di bumi, yaitu segala biji-bijian yang ada di dalamnya. Tumbuhan itu kemudian tumbuh dan menjadi indah, dihiasi dengan bunga-bungaan dan kehijauan, namun setelah itu semuanya menjadi kering dan layu, diterbangkan oleh angin ke kanan dan ke kiri. Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu, Dia mampu menjadikan keadaan ini dan keadaan itu. (Lihat Tafsir al-Quran al-’Azim, 5/145)
- Dunia hanyalah permainan dan senda gurau
Firman Allah SWT:
اِنَّمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَّلَهْوٌ ۗوَاِنْ تُؤْمِنُوْا وَتَتَّقُوْا يُؤْتِكُمْ اُجُوْرَكُمْ وَلَا يَسْـَٔلْكُمْ اَمْوَالَكُمْ
Maksudnya: Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau. Jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta hartamu.
(Surah Muhammad: 36)
Menurut Ibn Kathir, Allah SWT berfirman untuk meremehkan urusan dunia dan mengurangi kepentingannya: “Sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan hiburan,” yang bermaksud bahawa itulah hasil akhirnya, kecuali apa yang dilakukan di dalamnya untuk Allah ‘Azza wa Jalla. (Lihat Tafsir al-Quran al-’Azim, 7/299)
- Dunia adalah kesenangan yang menipu
Firman Allah SWT:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ
Maksudnya: Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya.
(Surah Ali Imran: 185)
Allah SWT memberikan peringatan umum yang mencakup semua makhluk bahwa setiap jiwa pasti akan merasakan kematian. (Lihat Tafsir al-Quran al-’Azim, 2/156)
- Dunia adalah medan ujian dan cubaan
Firman Allah SWT:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ (155) اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ (156)اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ(157)
Maksudnya: Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). 157. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Surah al-Baqarah: 155-157)
Khusus tentang dunia sebagai medan ujian (Darul-ibtila’), dalam surah al-Baqarah ayat 155-157 di atas, Allah SWT telah menjanjikan kepada orang-orang yang bersabar menanggungnya dengan tiga keutamaan, iaitu keampunan, rahmat, dan hidayah Allah., ujian Allah kepada hamba-Nya mempunyai hikmah yang sangat luas. (Lihat Mengobati Kesedihan Meraih Pertolongan Allah, hlm. 67-80)
- Sunnah Tamkin
Adapun mengenai sunnah tamkin, maksudnya Allah akan meneguhkan kedudukan orang-orang mukmin di muka bumi ini setelah mereka memperkuat kerangka bangunan mereka dahulu. Kemenangan (pertolongan) dari Allah akan turun setelah mereka memenuhi syarat atau sebab-sebab yang diperintahkan untuk mencapai hal itu, seperti persiapan iman, taqwa, sabar, serta persiapan-persiapan lain yang matang. Imam al-Syafi’i menjawab ketika ditanya apakah yang lebih afdhal buat seseorang, mendapat kemenangan atau menghadapi ujian? Beliau menjawab: “Tidak akan ada kemenangan sebelum diuji terlebih dahulu.”
Ini adalah pengingat bahwa ujian dan tantangan dalam hidup bukanlah hambatan, tetapi sebaliknya, mereka adalah langkah penting dalam perjalanan menuju kemenangan dan keberhasilan.
Konsep ini juga mengajarkan kita tentang pentingnya persiapan dalam mencapai tujuan kita. Persiapan ini bisa berupa memperkuat iman kita, meningkatkan taqwa kita, dan belajar untuk bersabar dalam menghadapi tantangan. Dengan demikian, “sunnah tamkin” bukan hanya tentang menerima kemenangan, tetapi juga tentang proses yang membawa kita ke sana.
Semoga Allah SWT memberikan kefahaman yang jelas kepada kita semua dalam beragama. Amin.
Kami akhiri dengan doa:
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Maksudnya: “Ya Allah, kami memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik dan amalan yang diterima.”